Syaiful Bahri Ruray
9 Oktober 2025

KBRN, Sofifi: Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-26 Provinsi Maluku Utara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Provinsi Maluku Utara menggelar kegiatan Story Telling “Sang Pejuang”bersama salah satu tokoh pejuang pemekaran provinsi, Syaiful Bahri Ruray, di lantai dua Kantor Dikbud Malut, Sofifi, Kamis (9/10/2025).
Acara ini menghadirkan kisah perjuangan panjang pembentukan Provinsi Maluku Utara, dari masa krisis nasional 1998 hingga disahkannya provinsi ke-27 di Indonesia pada 1999. Dalam kesempatan itu, Syaiful Bahri Ruray atau yang akrab disapa Ko Ipul, menguraikan tiga fase penting perjuangan pemekaran, dan menekankan bahwa fase ketiga (1998–1999) menjadi titik balik sejarah Maluku Utara di tengah gelombang reformasi nasional.
“Geliat perjuangan Provinsi Maluku Utara kembali bergaung pada 27 Oktober 1998 di lantai III Kantor Bupati Kolonel Abdullah Assagaf. Saat itu, semangat pembentukan provinsi ini tidak sekadar soal administrasi, tapi soal jati diri dan harga diri masyarakat Maluku Utara,” ujar Syaiful.
Kegiatan ini mendapat apresiasi luas, termasuk dari Wakil Gubernur Maluku Utara, Sarbin Sehe, yang turut hadir. Ia menyebut, kegiatan Story Telling menjadi momentum penting untuk meneguhkan semangat kebersamaan dan menatap masa depan Sofifi sebagai ibu kota provinsi yang sejati.
“Hari ini kita bangga, di usia ke-26 tahun, Dikbud menghadirkan kegiatan yang mengingatkan kita pada akar perjuangan. Maluku Utara sudah diperjuangkan sejak 1955 dan baru disetujui menjadi provinsi pada 1999. Namun perjuangan belum selesai, Sofifi masih kita bangun sebagai rumah bersama,” kata Sarbin.
Wagub menegaskan bahwa pemerintah provinsi terus berkomitmen menata Sofifi agar sejajar dengan ibu kota provinsi lainnya di Indonesia. Ia menyebut Sofifi sering disebut “kota tanpa kota”, namun di bawah kepemimpinan Gubernur Sherly Tjoanda, pemerintah daerah terus memperkuat fondasi pembangunan agar Sofifi menjadi pusat administrasi, pendidikan, dan kebudayaan Maluku Utara.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Malut, Abubakar Abdullah, menilai kegiatan tersebut tidak hanya mengenang masa lalu, tetapi juga menjadi langkah strategis untuk pendidikan karakter dan nasionalisme generasi muda.
“Bangsa yang melupakan sejarah adalah bangsa yang kehilangan arah. Karena itu, kami akan menindaklanjuti kegiatan ini dengan menyusun kurikulum muatan lokal (Mulok) yang memuat sejarah pembentukan Provinsi Maluku Utara,” ujarnya.
Abubakar menjelaskan, materi sejarah perjuangan pemekaran akan dimasukkan ke dalam pembelajaran jenjang SMA/SMK, agar siswa mengenal perjalanan daerahnya sendiri dan menghargai jasa para pendiri provinsi.